Extra Part

POV Nyonya Besar 

"Jeng Sastro, bajuku gimana? Ini kok kayaknya miring, ya? Aku kok tidak pede." Ibunya Rani itu menoleh dan tersenyum, kemudian menunjukkan jempol tangannya. "Sudah bagus."

Huft!

Ibu dan anak memang sama, selalu santai kalau masalah penampilan. Aku kan harus perfekto dalam segala hal. La kalau difoto wartawan, terus dicetak sejuta exsemplar terus bajuku miring, saksakan rambutku mencong, kan tidak asyik.  Aku melambaikan tangan ke Anita, memberi kode untuk membawa cermin ke kecil ke arahku. Dia ini memang sekretarisku yang jempolan. Sigap di segala suasana.

Dia mendekat, kemudian menghadap ke arahku dengan cermin diletakkan di perutnya. Ini triknya, supaya orang lain tidak melihat aku lagi cek penampilan. Sekarang itu banyak nitizen yang usil. Orang ngupil difoto, bibirnya lagi mencong dijepret, terus diviralkan dan itu justru membanggakan. Menggumbar aib orang.

Zaman sekarang itu konsep pikiran orang kok melenceng jauh, ya. 

"Sudah cetar?" tanyaku memastikan yang aku lihat bayangan di cermin itu sip.

Anita tersenyum sambil mengangguk. "Sudah, Nyonya Besar."

"Makasih, ya. Sudah di sini saja. Jangan jauh-jauh."

Nah, sekarang aku sudah siap memberi kejutan kepada menantuku Maharani. Dari dulu aku sering memberi kejutan deg-degkan pada menantuku itu. Inah yang sering cerita. Katanya kalau aku datang ke sana, wes semua kalang kabut. Kelihatan sekali Maharani tidak mau mendapat celaan dariku. Padahal aku itu lo orangnya santai.  Cuma, mulut ini sering nerocos sendiri kalau ada yang miring-miring. Beneran tidak ada niat untuk sidak atau membuat deg-degkan menantuku itu.

Aku lo sayang.

Loh, kok ada acara sambutan? Aku melihat Kusuma di depan memegang pengeras suara. Tidak ada acara ini di daftar. 

"Sst! Amelia. Papimu kok maju?" tanyaku dengan berbisik.

Cucuku itu menoleh sambil menjawab. "Kejutan untuk Mama."

"O gitu."

Semua mata tertuju kepada anakku. Dia memang memesona seperti ibunya. Ganteng, berkarisma, dan kalau bicara memaksa orang tidak berpaling darinya. 

Ucapan terima kasih kasih dan rasa syukur kepada Tuhan. Aku mendengarkan pidato Kusuma dengan rasa terharu, mengingat perjalanan cinta mereka, 

".... Maharani, istri saya tercinta,” ucap Kusuma sambil menunjuk ke arah istrinya. Amelia mendekat ke Mamanya. Sepertinya dia menyuruh Maharani untuk berdiri. Semua undangan tepuk tangan.  

'.... Wisnu anak lelaki tertua kami." Sekarang Wisnu yang berdiri. Kok ada acara begini, ya?

“Amelia, putri kami dan yang dua imut, Denish dan Anind.” Kusuma menyebut anak-anaknya lagi. Semua yang ada di meja ini berdiri.  Semua bertepuk tangan melihat keluarga lengkap anakku.

Aku mengernyitkan dahi saat tangan Kusuma mengarah ke meja kami lagi. “Juga ada dua calon anggota keluarga kami, Kevin dan Rima.” Sekali lagi tepuk tangan dengan riuh.

Lah, kok tinggal aku dan Jeng Sastro yang duduk manis. Apa kami terlupakan karena sudah tua? Tidak terlihat indah saat di kamera karena sudah keriput? Awas yo Kusuma.  Mata ini menatap lekat ke depan, sambil berdoa, supaya namaku dipanggil.  

“Semua ini tidak lepas dari doa orang tua kami. Mama Rianti Adijaya, dan Ibu Sastro.”

DEG!

Seketika senyum ini mengembang sempurna. Ingin rasanya mewek, tapi nanti saja setelah acara foto. 

"Jeng Sastro ayo berdiri. Jangan nangis," bisikku sambil mengulurkan tangan. Besan sekaligus sahabatku ini malah mengambil tisu. Memang dia berdiri, tapi malah sibuk mengusap air mata. La hasil fotonya gimana. Wajahnya ganti tisu, dong.

'Memang kalau sudah usia lanjut itu susah,' bisik hatiku sambil tetap menampilkan senyuman. Semua mata tertuju ke arah kami, terpaksa tanganku aku lambaikan. Mereka kan penggemarku.

Sekarang aku bersiap memberi kado terindah untuk menantuku. Piano putih sudah bertengger cantik di sana.

***** 

Catatan

Nyonya Besar ingin tampil menyapa penggemar, makanya diluncurkan extra part ini. 

Terima kasih pembaca kesayangan yang sudah mengikuti cerita sederhana ini. Saya juga mengucapkan kalau ada yang kurang berkenan. Untuk kisah Maharani dan Tuan Kusuma sudah tamat. Kalau masih ada kesempatan, akan diteruskan lagi dengan fokus pada kehidupan Amelia dan Wisnu. Penasaran kan bagaimana kalau Maharani dan Tuan Kusuma jadi mertua?

Selagi menunggu kesempatan itu, pembaca bisa menikmati cerita karya saya yang lain. Tinggal ketik Astika Buana, dan pilih cerita mana yang akan dibaca. 

Terima kasih sudah kebersamaan kita selama ini.

Cintai diri kalian dengan bahagia selalu apapun keadaannya.

LOVE-ASTIKA BUANA 

Capítulos gratis disponibles en la App >
capítulo anteriorcapítulo siguiente

Capítulos relacionados

Último capítulo