“Upayaku ini menandakan Amelia mendoakan Kak Wisnu. Aku keren, kan? Walaupun tidak lolos jadi grup basket, aku bisa loncat dan merebut ini.” Wajah adikku ini menyiratkan kebanggakan.
Amelia itu lucu, nekad, dan kadang terdengar begitu polos. Tadi, dia terlihat berupaya sekali untuk menangkap buket bunga tangan yang dilempar pengantin. Tidak peduli dia menubruk orang di depannya.
“Ini kan kamu yang dapet, jadi dipastikan sebentar lagi kamu mendapat kesempatan untuk menikah. Memang sudah memutuskan milih yang mana? Kevin atau Rangga?” sahutku sambil mengacungkan dan menggerak-gerakkan telunjuk. Mengodanya, karena ini katanya berarti si penangkap bunga akan mendapat giliran menikah.
“Bunga ini memang artinya kesempatan menikah. Dengan ini, aku serahkan kesempatan ini kepada kakakku, Kak Wisnu yang paling keren,” ucapnya dengan menyerahkan buket kecil itu kepadaku.
Aku tertawa, dan terpaksa menerima, mengingat begitu dia mengupayakannya.
***
Di dalam kamar, mata ini tidak lepas dar